Sabtu, 18 Desember 2010

Kritik Seni

1.      Apresiasi  dalam seni rupa adalah, mengerti seluk-beluk suatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap segi-segi estetikanya. Atau pengalaman antara penikmat dan seniman. Atau ada juga pendapat lain yang mengatakan apresiasi adalah upaya untuk memehami berbagai hasil karya seni  dengan segala permasalahanya serta terjadi lebih peka akan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
2.      Adapun dimensi apresiasi adalah
a.       Apresiasi sebagai sikap adalah, apresiasi yang mampu membawa apresiator atau penikmat seni kepada sesuatu pengalaman dengan seni.yang nantinya dapat menimbulkan perhatian (antention) dan ketertarikan ( interest)secara bersama-sama membawanya terhadap keahlian, yang dituntut dalam kemampuan untuk diperlihatkan dalam nuansa yang berbeda.
b.      Apresiasi sebagai prilaku adalah, apresiasi yang melibatkan seluruhnya  yaitu: memusatkan perhatian, mengenal perbedaan, pemahaman kontekstual dan penilaian.
3.      Tujuan apresiasi adalah, untuk mendapatkan pengalaman estetis. Manfaatnya adalah, diharapkan jika kemampuan mengapresiasi sudah dimiliki, rasa cinta terhadap karya –karya yang diciptakan oleh para seniman lokal, atau muncul rasa nasionalisme.  Fungsinya sendiri adalah ada dua yaitu:
a. Agar kita dapat memupuk dan menumbuhkan kecintaan terhadap karya bangsa sendiri  dan sekaligus kecintaan terhadap sesama manusia.
b.Yang kedua adalah ada hubunganya dengan mental, karena dengan mengapresiasikarya seni kita dapat merasakan hidup lebih nikmat, gembira,dan sehat.
4. Seniman adalah orang yang melakukan proses penciptaan seni untuk memperoleh kepuasan panca indera dan intelektual. Karya seni yang berupa lukisan, patung, pahatan, keramik dan sebagainya itu merupakan sarana atau alat latihan keterampilan atau komentar terhadap masyarakat, keagamaan, pandangan hidup, kepercayaan,dll. Sedangkan penghayat atau apresiator dengan mengenal seni, maka mereka dapat memetik isi pesan dari seniman melalui karya seni tersebut.
5. Kritik seni adalah, kegiatan untuk menanggapi karya seni, tetapi pada kritik seni lebih   menekankan pada tujuan untuk menyatakan  kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. kritikus seni adalah orang  yang melakukan kritik terhadap karya seni orang lain atau dirinya sendiri (self-critic). Manfaat, seniman membutuhkan mata panah untuk mendeteksi kelemahan dan kekurangan serta keddalaman. Sebagai umpan balik guna merepleksi komunikasi- ekspresifnya, sehingga nilai apresiasi tergambar harapan idealismenya.

6.      a. Pendekatan amplikatif adalah, pendekatan yang dilakukan secara langsung dalam      menciptakan karya seni baik di studio, sekolah, di rumah atau dimana saja.

b. Pendekatan kesejarahan adalah, melalui pengenalan sejarah perkembangan karya seni, dengan meneliti asal usul sebuah karya seni kepada orang yang ada di sekitar kita tentang riwayat karya seni tersebut.

c.Pendekatan problematik adalah,dengan menyoroti lika-liku dan masalah karya seni  sebagai sarana untuk menikmati sebagai mana mestinya.
7.       a. Kejutan adalah, saat berhadapahan dengan karya pada saat “pandangan pertama” sehingga jatuh cinta.

b. Empati adalah, turut atau ikut serta merasakan ungkapan, curahan isi hati seniman penciptanya, turut serta merasakan suka, duka pikiran, perasaaa, pandangan hidup dan watak yang tercermin dalam karya seni tersebut.

c. Rasa-betul-estetis adalah, rasa yang dapat dicapai melalui proses rasionil.

d. Simpati adalah,penjabaran intusisi  yang sudah meningkatnya rasa atau perasaan hanyut.

e.Rasa-benar-etia adalah, rasa yang dimiliki oleh seseorang apabila ia sulit merasakan rasa rasionil, karena rassa ini bisa didapat melalui ilmu pengetahuan.

f. Terpesona adalah,  dari rasa simpati dan empati hingga terjadi integrasi rasa-indah-estetis dengan rasa hanyut, maka karya tersebut akan mencapai rasa apresiasi terpesona.
 g.Terharu adalah, terjadi ditandai dengan penghayatan yang merupakan peleburan sadar-ambang sadar-tak  sadar yang menjadi suatu kesatuan.
8.
a. Kegiatan Mengamati
Pada tahap kegiatan ini pengamat melakukan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari objek. Bentuk kegiatan yang dilakukan pengamat berupa observasi, meneliti dan menganalisa, menilai objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu. Kebenaran tanggapan itu tergantung pada sifat kritis dan kecermatan pengamat dalam mengindera proyek, walaupun selama itu terjadi kegiatan psikologis, yang tidak pasti disadari oleh pengamat, bahwa ia sedang mengindera objek.
Contoh : seseorang mengamati patung dayak seperti pada gambar di bawah ini.

b. Kegiatan Menghayati
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan penghayat adalah mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian antara nilai yang terkandung dalam objek dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penghayat. Pada tahap ini penghayat dapat menerima nilai-nilai estetis yang terkandung didalam objek itu, namun demikian ada kalanya penghayat menerimanya tanpa kesadaran dan tanpa kritik, sehingga seluruh objek diterima sepenuhnya. Sikap emosional yang dialami oleh penghayat seperti itu oleh Theodor Lipss disebut impati (emphaty)
Contoh : seseorang yang sedang mendengarkan puisi.


c. Kegiatan berapresiasi
Pada tahap kegiatan berapresiasi perasaan seseorang telah tergetar oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu. Apresiator merasa bahwa dirinya berada didalam karya itu, artinya ia seakan-akan merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh pencipta dapat memproyeksikan diri ke dalam bentuk hasil seni, perasannya ditentukan oleh apa yang diketemukan di dalamnya.
Sikap apresiatif menjadikan orang dapat menghargai sebenarnya nilai yang ada didalam andungan seni. Timbal baliknya orang itu dapat menghargai perasaan sendiri, sehingga dapat mencapai kenikmatan dan kepuasan karenanya.
9.
 a. Emotional response
Karya seni disusun oleh keinginan perasaan setiap saat dengan respon subjektif. Aspek ini banyak disukai oleh wanita dari para pria , variabel tanggapan ditunjukkan oleh perasan individu yang memasuki karya seni.
b. Association response
Seni sebagai batu loncatan untuk angan-angan dan menunjukan suatu hubungan (asosiasi) dengan masa kanak-kanak, pemahman keagamaan atau sesuatu hubungan yang memungkinkan ataupun tidak terhadap karya seni. Pada aspek ini maksud melihat karya seni sebagai sebuah cerita, monolog dan kadang-kadang dilakukan dialog dengan karya seni tersebut, kemiripan yang sama seperti orang tua, konservatif dan suatu pilihan untuk mewakili suatu perumpamaan.
c. Novelity response
Karakteristik ini muncul dengan rasa seni yang luar biasa (unnusual), kadang-kadang mengejutkan. Aspek ini ditandai dengan sebuah keinginan untuk mengumpulkan perbedaan yang besar dari gaya seni dan suatu kemampuan untuk menganalisis kualias desain dari suatu karya oleh perasaan untuk karya seni, keterarikan dalam mengidentifikasi objek yang diwakili  dalam karya seni merupakan sebuah kekuatan untuk mempertahankan seni modern dan ketertarikan dalam pandangan baru.

d. ”Aesthetic” response
Hidup damn kuatnya apresiasi dibawa untuk menguatkan tanggapan emosional yang ditemukan dalam karya seni. Segi ini menyangkut hilangnya sesuatu dengan sendirinya, empati, terletak pada gambar, untuk memahami kualitas desain, untuk menunjukan hasrat dan ketertarikan terhadap karya seni, bentuk kesamaan rasa dari orang tua dan tujuan untuk menggunakan uang untuk karya seni dalam kehidupan di masa datang.
10.
Kritik populer
Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum saja lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya. Dalam tulisan kritik populer, umumnya dipergunakan karya gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yangh mudah dipahami oleh orang awam.
Contoh :


Kritik jurnalis
Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka kepada publik melalui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, terutama karena sifat dari media massa dala mengkomunikasikan hasil tanggapannya.
Contoh :  

Kritik keilmuan
Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dengan wawasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menilai atau menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikusyang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.
Contoh :


Kritik kependidikan
Merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika subjek belajar seni.  Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis ini termasuk yang digunakan oleh guru disekolah umum dalam menyelenggarakan mata pelajaran pendidikan seni.

Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.


Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau ketertarikan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

Kritik Instrumentalistik
Melaluipendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan kemampuannya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu.
Contoh : lukisan karya Raden Saleh yang berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro”






Daftar pustaka
Alisjahbana, S. T. (1983). Kreativitas. Jakarta: Dian Rakyat.

Bangun, C.S. (2001). Kritik Seni Rupa. Bandung: Penerbit ITB.

Baret, T. (1994). Critizing Art, Understanding the Contemporary. California: Mayfield      Publishing Company

Bastomi, S. (1981/1982). Landasan Berapresiasi Seni Rupa. Semarang: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IKIP Semarang.

Best, D. (1985). Feeling and Reason in the Arts. George Alen and Unwin.

Chang, R. (1980). “Philosophic Approaches to an Art Psychology”. Commentaries on the Psychology of Art. Unpublished. Tersedia: http:// www. lastplace.com/Journal/philosart.htm. [6 Oktober 2005].

Chapman, L.H (1978) Approaches to Art In Education. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Emmons, R. A. & McCullough, M.E. (Ed.) (2004). The Psychology of Gratitude. New York: Oxford University Press.Tersedia: http:/www.questia.com. [28 Mei 2005].
Feagin, S. L. (1996). Reading with Feeling, The Aesthetics of Appreciation. Ithaca and London: Cornell University Press.
Feldman, E. B. (1967). Art as Image and Idea. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Iskandar, P (2000) Alam Pikiran Seniman. Yogyakarta: Aksara Indonesia.
Jansen, C. R. (Stokrocki, M. (Ed). (1995). Scenarios of Art Apreciation. In New Waves of Research in Art Education. Reports Seminar for Research in Art Education. Michigan Iniversity. ED 395 871 Tersedia: http:/eric.ed.gov/ ERICDOCs/data/ericdocs2/content_storage_01/ 0000000b/80/26/94/c1.pdf. [30 Agustus 2005].
Kamaril, C. Dkk. (1999). Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kartono, K dan Gulo, D. (1978) Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Khisbiyah, Y. dan Sabardila, A. (Ed) (2004). Pendidikan Apresiasi, Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluraisme Budaya. Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhamadiah bekerja sama dengan The Ford Fondation.
www.google.com

(tugas kritik seni dosen : pak jeck )